Suarasulbar.id, Mamuju – Ribuan warga dari Kecamatan Kalukku dan Karossa, Kabupaten Mamuju, mengguncang halaman Kantor Gubernur Sulawesi Barat, Senin (5/5). Aksi berlangsung sejak siang hingga malam hari, dipenuhi teriakan perlawanan, tuntutan pencabutan izin tambang pasir, serta kekecewaan mendalam terhadap Gubernur Suhardi Duka (SDK).
Tambang pasir yang terus beroperasi dianggap sebagai biang kerusakan lingkungan, ancaman konflik horizontal, dan simbol nyata pengkhianatan terhadap rakyat kecil.
“Suara kandidat lain jika digabung pun tak bisa menandingi SDK di Kalukku. Kami beri kepercayaan karena ia berjanji: kalau terpilih jadi gubernur, tambang ini akan ia hentikan. Tapi sekarang? Janji itu dikubur,” tegas Sulkarnaim, orator aksi yang juga mantan pendukung SDK.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, SDK telah berpaling dari rakyat dan kini justru berdiri bersama investor tambang yang hanya mengejar untung tanpa memikirkan kerusakan sosial dan lingkungan.
Yang membuat luka semakin dalam, sejumlah tokoh yang dulu menjadi tim sukses SDK di Beru-beru dan Kalukku Barat juga ikut turun aksi. Mereka kini bukan datang memberi dukungan, melainkan menagih sumpah yang dinilai telah dikhianati.
“Ini bukan sekadar penolakan tambang. Ini adalah jeritan rakyat yang merasa ditikam dari belakang,” lanjut Sulkarnaim.
Aksi sempat memanas ketika massa menyoroti pernyataan SDK yang beberapa hari lalu menyebut penolak tambang sebagai “preman.” Pernyataan itu dinilai menghina rakyat yang hanya ingin menyelamatkan tanah kelahirannya.
“Kami bukan preman! Kami penjaga kampung kami. Jangan samakan suara nurani dengan aksi kriminal!” teriak massa dalam orasi yang bergema hingga malam.
Hingga malam hari, SDK tak kunjung memberikan tanggapan. Massa tetap bertahan meski kelelahan. Saat aparat mulai melakukan pembubaran, mereka bergeming. Baru setelah itu gubernur disebut mau menemui massa aksi setelah pulang dari Jakarta yang mana Sekda Sulbar Herdin Ismail telah menanda tangani surat pernyataan dimana gubernur sulbar akan menerima audiensi jika kembali ke Sulbar.
Penulis : Muhammad Taufiq hidayat
Editor : Ahmad Fadil